Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Macam-macam Model Pemaduan Bahan Ajar IPA Terpadu



Bahan ajar meruapakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar juga merupakan sarana untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan yang digunakan di sekolah-sekolah. Bahan ajar yang digunakan baik oleh guru maupun oleh peserta didik, harus jelas, lengkap, akurat, dan dapat mengomunikasikan informasi, konsep, serta pengetahuan proseduralnya.

Setiap bahan ajar harus memiliki standar yang sesuai dengan tujuan dari buku pelajaran tersebut, yaitu sesuai dengan jenjang pendidikan, psikologi perkembangan peserta didik, kebutuhan, dan tuntutan kurikulum, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pemaduan bahan ajar IPA terpadu dapat menggunakan pelbagai model. Ada beberapa model pemaduan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum IPA terpadu. Salah satu model pemaduan yang digunakan adalah model pengembangan kurikulum terpadu dari Fogarty (1991) yang mengembangkan 10 model pemaduan yang tercakup dalam tiga bentuk dasar pemaduan kurikulum.


1. Fragmented Model (Model Penggalan)

Model fragmented merupakan model kurikulum yang memisahkan materi ke dalam disiplin ilmu yang berbeda yang dikemas dalam mata pelajaran. Sebagai contoh, mata pelajaran matematika, IPA, dan IPS. Model fragmented ditandai dengan ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Skema model pemaduan ini tersaji pada Gambar 1.2. Pada proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.

Peserta didik mempelajari materi tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranah tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.

Pemaduan materi yang menggunakan model fragmented akan menyajikan materi dalam suatu mata pelajaran yang utuh tanpa mengaitkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya (Fogarty,1991). Oleh seorang guru mata pelajaran IPA, konsep-konsep pada pelajaran IPA diajarkan utuh kepada peserta didiknya tanpa melihat atau mempertimbangkan konsep-konsep yang ada pada mata pelajaran matematika atau IPS. 

Jadi, dalam bahan ajar dengan model fragmented setiap mata pelajaran dirancang sendiri-sendiri dan tidak ada usaha untuk mengaitkan diantara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Oleh Fogarty (1991), model fragmented disimbolkan dengan sebuah periskop yang artinya memandang satu arah, fokus yang sempit untuk setiap mata pelajaran.

Model fragmented memiliki kelebihan yaitu peserta didik menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, sehingga peserta didik ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Menurut Kemdikbud (2013:172), kelebihan dari model fragmented adalah adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran. Adapun kekurangannya adalah peserta didik belajar hanya pada tempat dan sumber belajar serta kurang mampu membuat hubungan atau pemaduan dengan konsep sejenis. Kekurangan lain dari model ini menurut Kemdikbud (2013:172) adalah lebih sedikit transfer pembelajarannya.


2. Connected Model (Model Keterhubungan)

Model connected atau keterhubungan menyajikan hubungan yang eksplisit di dalam suatu mata pelajaran. Skema dari model ini tersaji pada Gambar 1.3. Materi dibelajarkan dengan mengaitkan satu pokok bahasan ke pokok bahasan yang lain, menghubungkan satu konsep ke konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain dalam suatu bidang studi (interbidang studi). Kunci utama model ini adalah adanya usaha secara sadar menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu dalam satu mata pelajaran.

Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir materi ajar dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir materi ajar bidang fisika, kimia, dan biologi dapat dipayungkan pada mata pelajaran IPA. Penguasaan materi ajar tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan tentang ilmu alam. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata materi ajar dan proses pembelajarannya secara terpadu.

Kelebihan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antaride-ide dalam satu mata pelajaran dan peserta didik akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki, dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kekurangan model ini adalah belum memberikan gambaran yang menyeluruh, karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain. Kekurangan lain dari model ini menurut Kemdikbud (2013:172) adalah disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan dan materi pelajaran tetap terfokus pada satu disiplin ilmu.


3. Nested Model (Model Bersarang)

Model nested merupakan model yang memadukan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu dan secara khusus meletakkan fokus pemaduan pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan. Skema model pemaduan ini tersaji pada Gambar 1.4. Model nested atau bersarang adalah pemaduan yang digunakan oleh guru untuk mencapai beberapa kompetensi atau keterampilan yaitu keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan isi pengetahuan. Contohnya guru merancang unit fotosintesis yang secara simultan dapat digunakan untuk mencapai target keterampilan sosial dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fotosintesis (pengetahuan sains).

Seperti yang dicontohkan Fogarty (1991:28), untuk jenis mata pelajaran bahasa dan ilmu sosial dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skills) dengan keterampilan sosial (social skills). Pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan mengorganisasi (organizing skills).

Model nested merupakan pemaduan pelbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tentang hakikat IPA dan keterampilan proses IPA dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis, menentukan jenis keterampilan proses IPA, dan melakukan kegiatan praktikum. Pembelajaran pelbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada pelbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu, dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas. Kelebihan lain dari model ini menurut Kemdikbud (2013:173) adalah dapat memperkaya dan memperluas pembelajaran. Kekurangan dari model ini adalah apabila tanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target dalam suatu pembelajaran, akan berdampak pada peserta didik, dalam hal ini prioritas pelajaran menjadi kabur. Lebih diperjelas oleh Kemdikbud (2013:173), bahwa kekurangan dari model ini adalah peserta didik dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau pelajaran.


4. Sequenced Model (Model Urutan)

Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara paralel. Skema model pemaduan ini tersaji pada Gambar 1.5. Pada model ini, topik-topik diurutkan dan persamaanpersamaan yang ada dalam mata pelajaran yang dipadukan, selanjutnya diajarkan secara bersamaan (Kemdikbud, 2013:173). Sebagai contoh, guru menyajikan materi pembelajaran sesuai urutan kompetensi dasar pada kurikulum atau buku yang tersedia. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.

Kelebihan dari model ini adalah dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu peserta didik memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat, dan bermakna. Lebih lanjut disampaikan Kemdikbud (2013:173), kelebihan dari model ini adalah memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran. Sementara kekurangannya yaitu diperlukan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.


5. Shared Model (Model Terbagi)

Model shared merupakan bentuk pemaduan materi pembelajaran akibat adanya “overlapping” atau tumpang tindih konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih yang berbeda. Butir-butir pembelajaran tentang atom dalam kimia misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam model atom dalam fisika dan sebagainya.

Kelebihan dari model ini yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu. Dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih, akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam. Selain itu, menurut Kemdikbud (2013:173), kelebihan lain dari model ini adalah terdapat pengalaman-pengalaman pembelajaran bersama dan dengan adanya dua orang guru di dalam satu tim, akan lebih mudah untuk berkolaborasi. Sedangkan kekurangannya, model pemaduan antardua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerja sama dalam fase awal, karena untuk menemukan konsep yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan diskusi yang mendalam. Menurut Kemdikbud (2013:173), kekurangan dari model ini adalah membutuhkan waktu, fleksibilitas, komitmen, dan kompromi.


6. Webbed Model (Model Jaring Laba-laba)

Model yang paling populer adalah model webbed. Model ini bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Skema model pembelajaran ini tersaji pada Gambar 1.7. Pada hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Model jaring laba-laba (webbed model) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. 

Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema dapat ditetapkan dengan negosiasi guru dan peserta didik, tetapi dapat pula ditentukan dari hasil diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik. Keuntungan model jaring laba-laba bagi peserta didik adalah peserta didik memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari pelbagai ilmu yang berbeda-beda.

Kelebihan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar. Sementara itu, faktor motivasi peserta didik juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat peserta didik. Lebih jelas disampaikan oleh Kemdikbud (2013:173), bahwa kelebihan dari model ini adalah dapat memotivasi peserta didik dan membantu peserta didik untuk melihat keterhubungan antargagasan. Kekurangan dari model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Guru cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi peserta didik. Selain itu, guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan


7. Threaded Model (Model Satu Alur)

Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan, misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Skema model pemaduan ini tersaji pada Gambar 1.8. Bentuk threaded ini berfokus pada meta-curriculum. 

Lebih lanjut disampaikan oleh Kemdikbud (2013:173), bahwa model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang memfokuskan pada penguasaan keterampilan yang meliputi keterampilan sosial, berpikir, serta pelbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar. Keterampilan-keterampilan tersebut ‘direntangkan’ melalui pelbagai disiplin ilmu/mata pelajaran.

Kelebihan dari model ini antara lain: konsep berputar di sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif, materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan peserta didik dapat belajar sebagaimana seharusnya belajar pada masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Model ini memiliki kelemahan pada hubungan isi antarmateri pelajaran yang tidak ditunjukkan secara eksplisit sehingga peserta didik kurang memahami keterkaitan materi antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.


8. Integrated Model (Model Integrasi)

Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda dengan esensi yang sama dalam sebuah topik tertentu. Skema model pemaduan ini tersaji pada Gambar 1.9. Topik yang yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial, pada model integrasi ini cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam.

Model integrasi menggunakan pendekatan antarmata pelajaran dan antarbidang studi. Model ini dilakukan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan menetapkan prioritas dari kurikulum serta menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa mata pelajaran atau bidang studi (Fogarty, 1991). Pada model integrasi ini tema yang berkaitan dan saling tumpang tindih merupakan hal yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan. Keuntungan dari model integrasi adalah peserta didik mudah menghubungkan dan mengaitkan materi dari beberapa mata pelajaran atau bidang studi.

Kelebihan dari model integrasi adalah peserta didik dapat mengaitkan dan menghubungkan di antara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Selain itu, model ini juga mendorong motivasi guru dan peserta didik untuk mengeksplorasi pelbagai topik. Kekurangan model ini sulit dilaksanakan secara penuh dan membutuhkan keterampilan tinggi guru untuk mengemas pelbagai topik dalam satu tema.


9. Immersed Model (Model Terbenam)

Model immersed memfasilitasi peserta didik mengintegrasikan pelbagai topik dengan cara melihat semua pelajaran melalui perspektif satu bidang kajian yang diminati. Contoh: seorang peserta didik sangat berminat dengan pertanian organik. Oleh karena itu, dia merasa perlu belajar mengenai biostarter, proses pengomposan, cara bercocok tanam, dan bioinsektisida. Skema model pemaduan ini tersaji pada Gambar 1.10. Pada model ini, tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut disampaikan oleh Kemdikbud (2013:174), pada pelaksanaan model ini, guru membantu peserta didik untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari dengan cara memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai (area of interest).

Kelebihan dari model ini adalah setiap peserta didik mempunyai ketertarikan pada mata pelajaran yang berbeda sehingga secara tidak langsung setiap peserta didik akan belajar dari peserta didik lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, keterpaduan tersebut berlangsung di dalam diri peserta didik itu sendiri. Kekurangan dari model ini adalah peserta didik yang tidak senang membaca sumber akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga peserta didik menjadi kehilangan minat belajar. Lebih lanjut disampaikan oleh Kemdikbud (2013:174), model pemaduan ini dapat mempersempit fokus peserta didik.


10. Networked Model (Model Jejaring)

Model networked merupakan model pemaduan bahan ajar yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, dan tuntutan bentuk keterampilan baru setelah peserta didik melaksanakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, dan konteks yang berbeda-beda. Skema pemaduan model ini tersaji pada Gambar 1.11. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi peserta didik. Menurut Kemdikbud (2013:174), model ini membelajarkan peserta didik untuk melakukan proses pemaduan topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring pakar dan sumber daya.

Kelebihan dari model ini adalah peserta didik dapat memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam. Melalui model ini, peserta didik menjadi bersifat proaktif dan terstimulasi oleh informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru. Kekurangan dari model ini adalah kedalaman materi pelajaran yang dipahami secara tidak sengaja akan menjadi dangkal, karena mendapat hambatan dalam mencari sumber. Lebih lanjut disampaikan oleh Kemdikbud (2013:174), bahwa kekurangan dari model ini dapat memecah perhatian peserta didik serta upaya-upaya yang dilakukan menjadi tidak efektif jika peserta didik tidak memiliki kemampuan melakukan penafsiran ulang atau refleksi terhadap pemahaman yang dimilikinya dan menerapkannya secara tepat.